Pahlawan Kala Itu
Andai oh andai.
Ya, si Aku sedang berandai apabila ia berada di masa pergerakan nasional. Apa yang akan ia lakukan? Ke organisasi apa potensi Aku akan berlabuh?
Katanya, ia ingin memasuki Taman Siswa saja. Ia ingin mengajar dan berbagi. Ia terlalu takut untuk terjun ke perpolitikan dan (jujur saja) ia sungguh-sungguh terlalu takut akan hal itu.
Fenomena perpolitikan era ini membuatnya geleng-geleng kepala. Banyak kecurangan, peperangan secara implisit, perebutan kekuasaan yang memakan korban, kebohongan, provokasi, dan.... Ah, pokoknya banyak hal. Dan si Aku tidak suka.
Tapi bukan perpolitikan yang ingin dibahas di sini. Tetapi, Taman Siswa. Oke?
Menurutnya, Taman Siswa sangat bagus. Organinsasi yang didirikan oleh R. M. Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara ini memberikan kebebasan terhadap siswanya untuk berkembang sesuai dengan passion masing-masing.
Guru-guru di Taman Siswa juga sangat mulia dengan menjadi pemimpin yang berdiri di belakang untuk memberi kesempatan kepada anak didik agar berjalan sendiri (Tut Wuri Handayani). Guru juga berdiri di tengah-tengah siswanya untuk membangkitkan pikiran mereka (Ing Madyo Mangun Karso). Serta menjadi contoh bila berada di depan (Ing Ngarso Sung Tulodho).
Aku merupakan orang yang pro-pendidikan. Tidak, ini bukan masalah ingin dibilang keren atau apa. Ia sungguh pro-pendidikan, dan ini kenyataan.
Pendidikan itu penting, katanya.
Kenapa? Karena dari pendidikan lah setiap orang memiliki pola pikir, dan tipe-tipe kesadaran yang lainnya. Dari pola pikir tersebut setiap orang dapat berkembang dan mengambil perannya masing-masing terhadap nusa, bangsa, dan agamanya. Sungguh luar biasa.
Bukankah, adanya pergerakan nasional salah satunya dikarenakan kesadaran akan penderitaan dan ingin bangkit?
Itulah alasan lain yang membuat Aku memilih Taman Siswa. Tak lain untuk memajukan bidang pendidikan. Memajukan generasi pembangun bangsanya. Memajukan pemikiran dari primordialisme. Agar............... Maju.
Ya, si Aku sedang berandai apabila ia berada di masa pergerakan nasional. Apa yang akan ia lakukan? Ke organisasi apa potensi Aku akan berlabuh?
Katanya, ia ingin memasuki Taman Siswa saja. Ia ingin mengajar dan berbagi. Ia terlalu takut untuk terjun ke perpolitikan dan (jujur saja) ia sungguh-sungguh terlalu takut akan hal itu.
Fenomena perpolitikan era ini membuatnya geleng-geleng kepala. Banyak kecurangan, peperangan secara implisit, perebutan kekuasaan yang memakan korban, kebohongan, provokasi, dan.... Ah, pokoknya banyak hal. Dan si Aku tidak suka.
Tapi bukan perpolitikan yang ingin dibahas di sini. Tetapi, Taman Siswa. Oke?
Menurutnya, Taman Siswa sangat bagus. Organinsasi yang didirikan oleh R. M. Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara ini memberikan kebebasan terhadap siswanya untuk berkembang sesuai dengan passion masing-masing.
Guru-guru di Taman Siswa juga sangat mulia dengan menjadi pemimpin yang berdiri di belakang untuk memberi kesempatan kepada anak didik agar berjalan sendiri (Tut Wuri Handayani). Guru juga berdiri di tengah-tengah siswanya untuk membangkitkan pikiran mereka (Ing Madyo Mangun Karso). Serta menjadi contoh bila berada di depan (Ing Ngarso Sung Tulodho).
Aku merupakan orang yang pro-pendidikan. Tidak, ini bukan masalah ingin dibilang keren atau apa. Ia sungguh pro-pendidikan, dan ini kenyataan.
Pendidikan itu penting, katanya.
Kenapa? Karena dari pendidikan lah setiap orang memiliki pola pikir, dan tipe-tipe kesadaran yang lainnya. Dari pola pikir tersebut setiap orang dapat berkembang dan mengambil perannya masing-masing terhadap nusa, bangsa, dan agamanya. Sungguh luar biasa.
Bukankah, adanya pergerakan nasional salah satunya dikarenakan kesadaran akan penderitaan dan ingin bangkit?
Itulah alasan lain yang membuat Aku memilih Taman Siswa. Tak lain untuk memajukan bidang pendidikan. Memajukan generasi pembangun bangsanya. Memajukan pemikiran dari primordialisme. Agar............... Maju.
Komentar
Posting Komentar