Worthy Story
Habis gelap,
terbitlah terang. Begitulah tagline yang memenuhi Hari Kartini tanggal
21 April 2016 lalu. Bagai pejuang yang telah lolos dari kalapnya ombak, si Aku pun
ternyata merasakan hal yang sama. Namun sebelumnya, izinkan beberapa satu-dua
patah kata pengantar disampaikan terlebih dahulu sebelum khalayak bingung akan
apa yang saat ini akan diketik blogger tentang si Aku.
Biasanya, yang
tertulis di sini ialah tutur Aku tentang Sejarah, biografi tokoh,
peristiwa-peristiwa masa lalu di Indonesia, maupun informasi-informasi lainnya.
Hanya sekali barang dua kali laman ini memuat kisah pribadi yang hanya menjadi kisah-layak-sekali-sekilas-baca-saja.
Itupun menggunakan bahasa asing, yakni Inggris. Kata Aku, hal tersebut
dilakukan agar orang-orang yang membuka laman Blog ini tidak berminat membaca. Mengapa
demikian, Bung? Bukankah tulisan memang untuk dibaca? Tidak demikian bagi
si Aku. Ia berpikir, kisah pribadi atau lebih tepat disebut sebagai curahan
hatinya tersebut tak lebih tak kurang seperti sampah masyarakat yang tidak informatif
bahkan inspiratif sama sekali. Maka dari itu, si Aku menitip pesan agar kisah
tersebut tertulis dalam bahasa asing.
Namun kejadian
hari ini sungguh lain. Si Aku benar-benar kwalahan untuk membendung
luapan rasa senang dalam hatinya sendiri? Mengapa demikian? Sebelum
dilanjutkan, readers harus siap mental karena yang akan dihadapi ini
bukanlah tulisan informatif nan inspiratif nan penting untuk dibaca. Sama
sekali tidak ada hubungannya dengan sejarah. Tapi, untuk hari ini, si Aku telah
membuat keputusan untuk memuat curahan pribadinya ini dalam bungkusan bahasa
pribumi. Mengapa? Karena ia sangat senang.
Sungguh… tolong
siapkan mental….
***
Suatu hari Aku
sedang singgah di kantor mama-nya. Ia baru saja pulang dari rumah sakit setelah
selesai melakukan control yang tidak rutin terhadap giginya yang dipasang orto
(behel). Uring-uringan karena bosan setengah mati, Aku mencoba sok kreatif
dengan membuka laptop dan mencari informasi tentang lomba menulis di web
infolombanulis.blogspot.com. Lumayan, iseng-iseng berhadiah, pikirnya.
Setelah di-stalk
sekian menit, dengan kemampuan explore yang mengagumkan, akhirnya
ia mendapatkan suatu informasi lomba yang cukup menarik, cukup mudah dan tidak
terlalu memakan banyak waktu untuk dikejakan. Ialah lomba #WorthyStory dari
idntimes.com. Jujur, lomba ini serasa seperti Aku banget. Lihat saja
topiknya. Ada tentang pesan untuk anak-anak Indonesia di masa depan.
Terlebih, format penulisannya bebas. Boleh esai, artikel, maupun poin-poin.
Sungguh menyenangkan.
Topik tentang kegregetan
untuk bangsa Indonesia sebenarnya telah menjadi makanan sehari-hari yang ia
diskusikan ketika ia sedang berada di kelas Sejarah bersama guru di sekolahnya.
Mengenang bagaimana sosok para pahlawan yang begitu gigih dan bahkan ada yang
dapat memimpin perang di usia remaja mereka. Jika ditilik, apakah remaja
sekarang bahkan ia sendiri begitu mafhum tentang perjuangan terlebih
pengorbanan? Bisa apa diri ini, Ya Tuhan. Diri ini bahkan belum ada
seujung kuku-pun dari para pahlawan itu, pikirnya.
Apalagi ketika
Aku mendekam di kelas Geografi. Sibuk memerhatikan teman-temannya yang
presentasi tentang sumber daya alam yang dimiliki negerinya sendiri. Sibuk
mengangguk-angguk meng-iya-kan perkataan sang Guru ketika berbicara, “seharusnya
negara ini sudah menjadi negara besar. Namun apa yang terjadi? Ke mana sumber
daya-sumber daya alam kita ini?”. Sungguh, ironi.
Termenung
sesaat, Aku pun langsung menyambar laptop dan mulai menulis. Mencurahkan segala
pikiran, opini dan hal-hal moril yang sekiranya dapat ia bagi. Kurang dari dua
jam ia selesai. Tanpa ba-bi-bu meng-edit dan sebagainya, Aku langsung
mengirimkan naskah ‘mentah’-nya ke panitia via email.
Hari demi hari
berganti. Ternyata, tulisan yang ia buat telah dipublikasikan sebelum babak
final. Sungguh hal tersebut merupakan kehormatan bagi dirinya. Appreciate yang
diberikan kepada tulisannya sangat besar. Dan ia senang sekali. Hanya tinggal
menghitung jari sampai pengumuman peserta yang masuk final diluncurkan. Ia tak
sabar, dan sibuk berharap-harap setengah cemas.
Tanggal 23 April
2016, hari yang dijanjikan untuk pengumuman telah tiba. Namun ternyata, Aku
lupa akan hari itu dan belum sempat untuk membuka emailnya. Sehari kemudian,
barulah ia buka emailnya.
Alangkah
terkejutnya ia, ketika email yang ia tunggu tidak datang…. Pupus, pupus sudah
semua. Tali harapannya putus dan yah… mau dikata apa? Ternyata tulisannya memang
belum layak.
Namun hari ini…
ternyata… pengumumannya memang baru diberitahu hari ini…. Feeling yang Aku dapat
sejak pagi tadi untuk membuka email ternyata berwujud manis. Ia masuk babak
final (!!). Alhamdulillah. Sungguh di luar dugaan. Padahal si Aku telah uring-uringan sekian hari.
Semoga aku
bisa, pikirnya bersemangat dan penuh harapan.[]
CLICK THE LINK
BELOW PLEASE:
Komentar
Posting Komentar